Rumah tampak samping dari utara
Rumah ini adalah rumah yang sederhana, namun bagi saya sangat bersahaja. Ramah bagi penguninya. Nyaman bagi yang mendiaminya. Dan yang terpenting aman sesuai fungsinya. Terlindung dari panas dan hujan. Meskipun terbuat dari bambu, murni. Sekilas memang tidak begitu baik. Tapi coba lebih dekat, insya Allah bersih dan rapi. Penguninya juga ramah. Siap menjamu tamu, memberikan pelayanan terbaik, dijamin, ketika kembali tamu merasa senang dan betah untuk berlama-lama di dalam rumah itu. Boleh curhat boleh apa saja yang membuat tamu merasa nyaman. 

Meskipun kami tidak menerima konsultasi rumah tangga, tapi cukup sering mereka, teman-teman istri dan siapapun, wali-wali murid curhat perihal anaknya.
Padahal istri saya juga tidak bisa memberikan solusi, cukup mendengarkannya saja. Tapi saya yakin, bagi mereka, sudah sangat membantu, bukankah menceritakan adalah menghilangkan sebagian beban? "Yang penting menghargai dan tidak mengolok atau mencibir," itu kuncinya, ujar saya saat sang istri menceritakan tentang kusak-kusuk rumah tangga.

Menantu Bapak Martahid ini, cukup pandai dalam bergaul orang lain. Bahkan di rumah kami, yang namanya Bu Farida, cukup menghargai beliau. Padahal ia dikenal sangat suka mencibir para tetangga. Tapi bagi menantu ini, wuih luar biasa. Ia sapa, ia hargai, hormati sehingga menjadi lebih akrab. Bahkan sampai ketika suaminya datang dari Malaysia, ia pun diberi jajan malaysia, seperti milo, dan kawannya.

Alhamdulillah Bapak Marhid dan Ibu Zainab memiliki menantu yang sayang keduanya. Dan keduanya pun sayang kepada menantu. "Kira-kira yang jadi menantu dan anak ini siapa ya?" tanya istri, meyakinkan karena merasa orang tua saya lebih banyak curhat kepadanya daripada ke saya.
Bapak Martahid, duduk di belakang rumah. Tempat yang
paling nyaman untuk rebahan