Sering kita jumpai apa yang menimpa kita,
itu dari hasil yang sudah kita perkirakan sebelumnya, hanya saja kita tidak
pernah cepat untuk menanggapi. Firasat, angan, mimpi, suara hati, hudan, dan
analisa tajam ke depan, serta proyeksi sejarah masa lalu sebenarnya sudah bisa
kita jadikan langkah untuk bertindak lebih baik, yang mana itu semuanya saat
ini saya sebut dengan alarm hati.
Alarm yang selalu berbunyi ketika suatu hal
akan terjadi, alarm pengingat manusia yang mana semua manusia pasti pernah
merasakan bahwa dalam dirinya sudah ada peringatan dini sebelum hal itu menimpa
pada dirinya. Ini merupakan karunia Tuhan yang luar biasa, bentuk kasih sayang
kepada hamba-Nya. Hanya saja kebanyakan manusia selalu mengabaikan peringatan/
alarm tersebut.
Penyesalan dan segundang kekecewaan yang
telah menimpa kita, itu semua akibat dari seringnya mengabaikan alarm hati yang
sejak dini telah mengingatkan kita sebelumnya.
Kadangkala alarm hati berdentang secara
tiba-tiba pada saat suasana dan kondisi yang tidak kita inginkan. karena lebih
mengedepankan rasa malas, maka alarm tersebut terabaikan begitu saja. Sama
seperti ketika orang yang sebelum tidur memasang jam beker, dengan maksud untuk
bangun jam 3 pagi, maka ketika beker tersebut berbunyi, malah bangun mematikan
beker kemudian tidur lagi, paginya merasa menyesal dengan apa yang telah
diperbuatnya.
Memang, tidak semua manusia mampu
mendengarkan alarm hati yang berdentang di dalam dirinya sendiri, hal ini
disebabkan karena ketidakpekaan terhadap diri sendiri, orang lain, serta
lingkungan sekitar. Kemampuan manusia berbeda-beda dalam mendengarkan alarm
hati, ada yang sudah merasa ada panggilan dalam dirinya, tapi selalu diabaikan,
ada yang sudah tidak bisa mendengarkan lagi karena terlalu sering mengabaikan
alarm tersebut. Bahkan ada juga yang merasa bahwa di dalam dirinya tidak
mempunyai alarm hati.
Misalnya saja, pegawai kantor setelah
enak-enakan internetan tiba-tiba muncul sekilas dalam dirinya mengingatkan
bahwa ada tugas yang belum selesai dikerjakan, kemudian karena timbul rasa
malas untuk memperhatikan alarm tersebut, maka yang lebih dikedepankan adalah
menunda pekerjaan tersebut, dengan asumsi bahwa waktu deadline pelaksanaan
tugas tersebut masih cukup lama, setelah tiba hari H, maka dengan
tergopoh-gopoh menyelesaikan tugas tersebut, padahal banyak sekali
kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan tugas tersebut bisa juga tidak
terselesaikan, bisa juga pada saat hari H, listrik padam, komputer kena virus,
printer macet tinntanya, orang yang bersangkutan dengan tugas tersebut pergi ke
luar kota, dan lain sebagainya. Nah, ini kemudian memunculkan image bahwa
pegawai tersebut tidak cakap dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Orang yang patut kita jadikan teladan dalam
menuruti peringat dini tersebut adalah Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya
yang sholeh.
Pernah kita juga membaca sejarah Rasul,
bahwa ketika peperangan uhud sebelum terjadi peperangan, Rasulullah sudah terlebih dahulu melihat ada
barisan kuda orang kafir yang dipimpin oleh khalid bin walid (sblm masuk Islam) di samping bukit.
Kemudian Rasululllah memerintahkan barisan anak panah untuk menjaga posko di atas bukit
uhud, berjaga-jaga jika pasukan kuda
tersebut yang menyerang tiba-tiba di belakang
barisan kaum muslimin. Ini merupakan alarm hati yang telah didengarkan oleh
Rasulullah untuk bertindak sebaik-baiknya. Bagi kita umat islam hal itu adalah
petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya.
Ada juga ketika kita pernah membaca sejarah
Khalifah Umar bin Khatab, khalifah umat islam yang kedua, beliau begitu cerdas
dalam menganalisa apa yang akan terjadi besok di luar masanya, dia merasa ada
alarm hati yang mengingatkannya bahwa alqur’an perlu segera dibukukan,
mengingat banyaknya para hufadz (penghafal al qur’an) yang mati dalam
peperangan.
Kita pun sebenarnya sudah mempunyai alarm
hati sendiri-sendiri, ingat misalnya ketika kita belum sholat isya’ kemudian
langsung tidur, di saat tidur panjang kita kadangkala kita terbangun dan ingat
bahwa kita belum sholat isya’, bagi yang lemah imannya mungkin akan tidur lagi,
bagi yang kuat imannya segera langsung melaksanakan sholat isya’ tersebut.
Sering sekali alarm-alarm itu berdentang
dalam diri hati manusia, bisa juga ketika kita melihat orang yang meminta-minta
kita merasa kasihan, bisa juga kita menghiraukan atau bertindak berdasarkan
alarm hati. Bahkan hal-hal kecil, ketika kita ingat bahwa pernah berjanji
membelikan sang anak sebuah hadiah, kita
pernah janji akan merayakan ulang tahun perkawinan, atau hal-hal lain sebelum kejadian peristiwa
itu terjadi. Tapi sayang menjadikan manusia malas adalah terkadang alarm
tersebut berbunyi pada saat yang menurut kita kurang tepat, pada saat kita sibuk, dalam perjalanan, pada
saat kita menghadiri acara, atau yang lainnya. Manusia memang selalu meminta
lebih dari kemampuannya. Padahal Tuhan lebih mengetahui kapan peringatan dini
itu diberikan kepada hamba-Nya. Allahu Rahmaanur Rahiim.
Paciran, 14 Oktober 2009
Posting Komentar
Posting Komentar
komentar yang baik, akan kami terima dengan baik pula