Panen Pepaya, Selasa, 9 Mei 2018
Ketika membeli bibit pepaya di Kranji. Saya ditanya. "Mau bibit pepaya apa?" tanya penjual
"Jinggo," kata saya mantab.
"Berapa?" tanya penjual lagi.
"Dua ribu," jawab saya, sambil menyerahkan uangnya. Lalu penjual itu mengambil bungkusan plastik kecil yang memang sudah disediakan untuk pembeli eceran.

"Sebelum menanam saya sarankan, direndam dulu dengan air, kurang lebih selama 2 atau 3 hari, setelah itu baru ditanam," lanjut penjual, tiba-tiba menjelaskan bagaimana menanam bibit pepaya yang baik, sesuai dengan versi dan pengalamannya.


"Kenapa harus begitu?" tanya saya keheranan.
"Karena bibit pepaya itu, lapisannya tebal, sehingga harus dibantu memecahkan dengan direndam air. Kalau langsung ditanam, bisa lama waktunya untuk, dan bisa juga malah tidak tumbuh," jawab penjual.

"Oya, terima kasih pak."
Saya langsung pulang bersama istri, menerapkan apa yang sudah disarankan oleh penjual.


Alhamdulillah bibit pepaya, sudah mulai tumbuh, tapi kecil sekali, sangat kecil, seukuran sekitar 2 cm, lama-lama kelamaan, bibit itu saya pindah ketika ukurannya sudah 7cm. Saya tanam sekenanya di kebun Green House Aqil Kumariyah. Saya tanam hampir jaraknya 1 meteran. Dengan maksud, nanti apabila ada yang gagal, mati, maka langsung ada penggantinya. Saat itu, memang kondisi pepaya sangat kecil dan lemah sekali untuk bisa tumbuh besar.


Atas berkah dan rahmat Allah yang Maha Kuasa dan Pemberi Rizki. Pepaya itu tumbuh besar semua. Hanya saja, ukuran jaraknya menjadi sempit, antar pepaya menjadi lebih dekat. Sehingga saat ini masih ada yang tumbuh besar, ada yang pohonnnya kecil. Ada yang sudah berbuah, dan ada yang belum. Tidak merata tumbuhnya.

Kata orang, jaraknya terlalu mefet. Tapi sudahlah, sudah bisa tumbuh Alhamdulillah dan pepaya ini menjadi berkah karena buahnya sangat banyak sekali dan enak dimakan.

Alhamdulillah.